ungkapan bahasa melayu dalam natuna
Nandek tebengun kepaleu ayah
Mali melangkah kubur
Nanti terbangun kepala ayah
Manusia adalah salah
satu makhluk ciptaan Tuhan (Allah) yang paling tinggi derajadnya.
Ketinggian derajad itu ditandai oleh akal yang dimilikinya. Dengan
akalnya itulah manusia menumbuh-kembangkan kebudayaan yang berfungsi
sebagai acuan untuk menghadapi lingkungannya dalam arti luas. Dalam
berinteraksi dengan sesamanya misalnya, dalam hal ini satu dengan
lainnya, tidak hanya saling-menghormati ketika seorang manusia masih
hidup di dunia. Ketika seseorang mati pun masih dihormatinya. Hal itu
tercermin dari ungkapan yang mengkaitkan antara kuburan dan ayah. Ayah,
sebagaimana kita tahu, bagi seorang anak adalah “segalanya”. Ia tidak
hanya sebagai “pengukir”, tetapi juga sebagai pengarah dan pembimbing
yang sejati. Melangkahi kubur dapat diartikan sebagai tidak
menghormati kepada orang tuanya (ayahnya). Dengan demikian, nilai yang
terkandung dalam ungkapan ini adalah nilai kemanusiaan.
Mali maki ughang lah mati
Nandek lah mati kenak sikseu
Mali memaki orang yang sudah mati
Nanti sudah mati kena siksa
Nandek lah mati kenak sikseu
Mali memaki orang yang sudah mati
Nanti sudah mati kena siksa
Mati
artinya menjalani kehidupan lain (akhirat). Agar yang mati dapat
mempertanggungjawabkan tentang apa yang dilakukan pada waktu masih hidup
(di dunia), maka pesan yang terdapat dalam ungkapan ini adalah
semestinya tidak perlu diperbincangkan keburukannya (dimaki) karena hal
itu hanya akan menyiksa si mati itu sendiri. Dan, sebagai orang yang
beriman tentunya tidak melakukannya. Ungkapan ini, dengan demikian,
mengandung nilai keihklasan.
Mali nyikseu kuceng
Nandek maghah Nabi
Mali menyiksa kucing
Nanti marah Nabi
Nandek maghah Nabi
Mali menyiksa kucing
Nanti marah Nabi
Kucing,
sebagaimana halnya manusia, adalah makluk ciptaan Tuhan. Sebagai
sesama makluk tentunya harus saling menghargai. Apalagi, kucing
sebagaimana kita tahu, adalah binatang kesayangan Nabi Muhammad S.A.W.
Menyiksa kucing, dengan demikian dapat diartikan sebagai tidak
menghargai sesama makluk hidup dan sekaligus tidak menghormati
junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. Jadi, ungkapan ini mempunyai pesan
jangan semena-mena terhadap sesama makluk hidup. Ungkapan ini, dengan
demikian, mengandung nilai penghormatan, baik kepada sesama makluk
hidup maupun junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Mali kemeh ngadep kiblet
Nandek benggak butoh
Mali kencing menghadap kiblat
Nanti bengkak kemaluan laki-laki
Nandek benggak butoh
Mali kencing menghadap kiblat
Nanti bengkak kemaluan laki-laki
Kiblat
adalah arah yang dituju bagi para muslim untuk bersembahyang. Ini
artinya, arah ini sakral. Sehubungan dengan itu, pesan yang ingin
disampaikan melalui ungkapan ini adalah sebagai arah yang sakral
tentunya tidak pantas untuk dikotori (dikencingi). Dengan demikian,
ungkapan ini mengandung nilai kesakralan atau penghormatan terhadap
sesuatu yang sakral.
Mali nyipak Al Quran
Nandek tulah
Mali menyepak Al Quran
Nanti bengkak/kembung perut
Nandek tulah
Mali menyepak Al Quran
Nanti bengkak/kembung perut
Al
Quran adalah kitab suci orang Islam. Sebagai sesuatu yang suci
tentunya harus diperlakukan sebagaimana mestinya dan bukan disepak.
Sehubungan dengan itu, pesan yang ingin disampaikan dalam ungkapan ini
adalah menyepaknya berarti sama saja tidak menghormati kitab suci dan
sekaligus orang Islam. Sehubungan dengan itu, maka ungkapan ini
mengandung nilai penghormatan terhadap kitab suci dan sekaligus
pemiliknya.
Maki endik puase
Nandek lah mati minom aek lio besek ughang puase
Mali tidak puasa
Nanti mati minum air liur basi orang puasa
Nandek lah mati minom aek lio besek ughang puase
Mali tidak puasa
Nanti mati minum air liur basi orang puasa
Rukun
Islam itu ada lima, yakni: mengucap dua kalimat sahadat, sholat,
puasa, zakat, dan naik haji. Puasa, dengan demikian, merupakan sesuatu
yang wajib dilakukan oleh orang Islam. Pesan yang ingin disampaikan
melalui ungkapan ini adalah orang Islam harus berpuasa; sebab kalau
tidak, dikemudian hari akan mendapat siksa. Ini diungkapkan sebagai
‘nanti mati minum air liur basi orang puasa”. Dengan demikian, ungkapan
ini mengandung nilai kewajiban untuk melakukan sesuatu yang bersifat
wajib.
Mali makan petang haghi
Nandek luta lih andu dengen taik
Mali makan petang hari
Nanti dilontar oleh hantu dengan tahi
Nandek luta lih andu dengen taik
Mali makan petang hari
Nanti dilontar oleh hantu dengan tahi
Petang
hari sangat erat kaitannya dengan suasana yang remang-remang. Apa
yang ingin disampaikan melalui ungkapan ini adalah makan dalam suasana
yang demikian bisa saja akan menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan. Apalagi, saat-saat yang demikian adalah saat-saat untuk
bersiap-siap melakukan solat magrib. Ungkapan ini, dengan demikian,
mengandung nilai preventif.
Mali makan tebu petang aghi
Nandek mati mak
Mali makan tebu petang hari
Nanti mati mak
Nandek mati mak
Mali makan tebu petang hari
Nanti mati mak
Petang
hari, sebagaimana telah disebutkan pada bagian atas, adalah saat-saat
pergantian dari siang ke malam. Oleh karena itu, suasananya
remang-remang. Makan sesuatu, apalagi tebu yang harus dikupas, tentu
saja dapat menimbulkan hal-hal yang tidak ingin (tergores benda tajam).
Disamping itu, kulitnya berserakan. Ungkapan ini, dengan demikian,
mengandung pesan agar makan sesuatu disesuaikan dengan situasi.
Sedangkan, nilai yang terkandung di dalamnya adalah kehati-hatian.
Mali nyenyi petang haghi
Nandek tegigit butoh andu
Mali menyanyi petang hari
Nanti tergigit butuh (zakar) hantu
Nandek tegigit butoh andu
Mali menyanyi petang hari
Nanti tergigit butuh (zakar) hantu
Petang
hari, sebagaimana dikatakan di atas, suasananya remang-remang.
Sementara menyanyi dengan sendirinya mengeluarkan suara. Menyanyi itu
sendiri tidak dilarang, asal sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Petang hari, bagi orang muslim, adalah waktunya untuk menunaikan ibadah
(sholat) magrib. Oleh karena itu, pada saat-saat seperti ini bukan
waktunya untuk menyanyi, tetapi membersihkan diri guna menunaikan sholat
magrib. Jadi, pesan ungkapan ini adalah agar seseorang menghormati
orang lain yang sedang melakukan sholat. Dengan demikian, nilai yang
terkandung di dalamnya adalah toleransi (tenggang rasa).
Mali semeyang delem gelep
Nandek jedi andu
Mali sembahyang dalam gelap
Nanti jadi hantu
Nandek jedi andu
Mali sembahyang dalam gelap
Nanti jadi hantu
Pesan
ungkapan ini agar sholat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan. Tidak dalam gelap, melainkan di tempat yang terang
sehingga sholat dapat dilakukan secara benar. Ini artinya, ungkapan
tersebut mengandung nilai ketertiban. Dengan perkataan lain, jangan
melakukan sholat secara asal, tetapi sesuai dengan syarat dan
rukunnya.
Mali nyughek mende ughang
Nandek lah mati kenak keghat tangan
Mali mencuri benda orang
Nanti lah mati kena kerat tangan
Nandek lah mati kenak keghat tangan
Mali mencuri benda orang
Nanti lah mati kena kerat tangan
Pesan
ungkapan ini agar menjadi amanah, dapat dipercaya, tidak semena-mena
terhadap hak orang lain. Dengan demikian, nilai yang terkandung dalam
ungkapan ini adalah menghormati hak dan atau milik orang lain.
Mali naek cok betang betek
Nandek kenak bughut
Mali naik pucuk (atas) batang betik (pepaya)
Nanti kena burut (bengkak pelir)
Nandek kenak bughut
Mali naik pucuk (atas) batang betik (pepaya)
Nanti kena burut (bengkak pelir)
Pucuk
batang pepaya mudah patah dan karenanya berbahaya untuk dinaiki.
Ungkapan ini, dengan demikian, mempunyai pesan agar jangan naik pohon
yang mudah patah, khususnya pepaya, karena sesuatu yang tidak diinginkan
dapat saja terjadi. Sehubungan dengan itu, maka ungkapan ini
mengandung nilai kehatian-hatian.
Mali meludih ughang
Nandek kenak kughap
Mali meludah orang
Nanti kena kurap
Nandek kenak kughap
Mali meludah orang
Nanti kena kurap
Air
ludah adalah sesuatu yang menjijikan. Meludahi orang lain berarti
menghinanya. Dan, ini dapat membuat yang diludahi menjadi marah,
sehingga terjadi keributan. Oleh karena itu, jangan meludahi orang.
Dengan demikian, nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah
menghargai sesama manusia.
Mali nyipak ughang
Nandek ghundot betes
Mali menyepak orang
Nanti runtut (bengkak) betis
Nandek ghundot betes
Mali menyepak orang
Nanti runtut (bengkak) betis
Menyepak
(menendang) orang dapat membuat yang disepak marah, sehingga dapat
menimbulkan keributan. Oleh karena itu, perbuatan ini tidak patut
dilakukan. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah menghormati
sesamanya.
Mali ngambik mende lah beghik dengan ughang
Nandek bughuk siku
Mali mengambil benda sudah diberi orang
Nanti buruk siku
Nandek bughuk siku
Mali mengambil benda sudah diberi orang
Nanti buruk siku
Mengambil
benda yang telah diberikan kepada seseorang dapat membuat yang
bersangkutan tersinggung. Oleh karena itu, apa yang diberikan kepada
orang lain jangan diminta lagi. Dengan demikian, nilai yang terkandung
dalam ungkapan ini adalah keikhlasan.
Mali makan beghes mandak
Nandek kenak sakit kuneng
Mali makan beras mentah
Nanti kena sakit kuning
Nandek kenak sakit kuneng
Mali makan beras mentah
Nanti kena sakit kuning
Beras
adalah buah yang tidak dapat langsung dimakan sebab keras, sehingga
dapat menganggu pencernakan. Ia mesti dimasak lebih dahulu baru
dimakan. Oleh karena itu, beras yang masih mentah jangan dimakan.
Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah kesehatan.
Mali duduk cok kupek
Nandek kenak bisol
Mali duduk di atas bantal
Nanti kena bisul
Nandek kenak bisol
Mali duduk di atas bantal
Nanti kena bisul
Bantal
adalah perlengkapan tidur yang digunakan untuk menahan kepala. Jadi,
bukan untuk pantat. Oleh karena itu, duduk di atas bantal tidak
diperbolehkan. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah
penempatan sesuatu sesuai fungsinya.
Mali nungeng tepayan beghes
Nandek laghi semengat
Mali menungging tempayan beras
Nanti lari semengat (keberkahan)
Nandek laghi semengat
Mali menungging tempayan beras
Nanti lari semengat (keberkahan)
Beras
adalah makanan pokok masyarakat Bunguran-Natuna. Sebagai sesuatu yang
kemudian dimakan tidak sepantasnya ditunggingi. Oleh karena itu,
menungging tempayan beras tidak diperbolehkan karena, walaupun ia
merupakan tempat, tetapi ia sangat erat kaitannya dengan makanan,
sehingga menunggingi tempayan beras sama saja menunggingi makanan. Nilai
yang terkandung dalam ungkapan ini adalah memperlakukan sesuatu
sebagaimana mestinya.
Mali meka padi
Nandek sumbah lih semengat-e
Mali membakar padi
Nanti disumpah oleh semengatnya (keberkahannya)
Nandek sumbah lih semengat-e
Mali membakar padi
Nanti disumpah oleh semengatnya (keberkahannya)
Membakar
padi sama dengan membunuh diri karena padi yang kemudian menjadi nasi
adalah makanan pokok masyarakat Bunguran-Natuna. Di samping itu, padi
ada yang “menjaganya”. Oleh karena itu, membakar padi disamping
merugikan diri sendiri dan masyarakat, juga dapat membangkitkan
kemarahan yang menjaganya. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini,
dengan demikian, adalah keselamatan.
Mali makan sambil bejelen
Nandek kujud
Mali makan sambil berjalan
Nanti kujud (tidak pernah cukup)
Nandek kujud
Mali makan sambil berjalan
Nanti kujud (tidak pernah cukup)
Makan
sambil berjalan menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya,
makanan tumpah. Selain itu, makan sambil berjalan dianggap tidak
sopan. Oleh karena itu, makan sambil berjalan tidak diperbolehkan.
Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah
keselamatan dan kesopanan.
Sumber:
Galba, Sindu dan Sudiono. 2004. Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu-Natuna. Kepulauan Riau: kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Asdep Tradisi.
Galba, Sindu dan Sudiono. 2004. Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu-Natuna. Kepulauan Riau: kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Asdep Tradisi.
Mali
seringkali diartikan sebagai “pantang”, “susah”, “jangan” atau
“tidak boleh”. Namun demikian, kata-kata tersebut rasanya tidak pas
betul, karena kata mali di dalamnya mengandung kekuatan magis.
Sebagai contoh, jika seseorang dilarang dengan menggunakan kata
“jangan”, “tidak boleh”, dan lain sebagainya, maka yang bersangkutan
akan biasa-biasa saja. Bahkan, mungkin akan melakukan juga. Namun,
jika yang didengarnya adalah kata mali, maka yang bersangkutan
akan mentaatinya, karena di balik kata itu ada kekuatan magis, yang
apabila dilanggarnya, diyakini dapat menyebabkan sesuatu yang tidak
diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar