Rabu, 27 Juli 2016

Pengertian Moral dan Tahap perkembangannya

Pengertian Moral dan Tahap perkembangannya.


Menurut Gunarsa, Pengertian Moral adalah rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan.
 
Pengertian Moral Menurut Shaffer adalah kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial.
 
Menurut Rogers, Pengertian Moral adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, keharmonisan dan ketertiban.
 
Menurut Kohlberg, penilaian dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau nilai, malainkan selalu mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang masing-masing individu sambil mempertimbangkan segala macam tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan juga adil. kesemuanya ini merupakan tindakan kognitif.
 
Kohlberg juga mengatakan bahwa terdapat pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal harus diuraikan dan yang biasanya digunakan remaja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan moralnya.
 
Kolhberg juga membenarkan gagasan Jean Piaget yang mengatakan bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai tahap tertinggi dalam proses pertimbangan moral. Adanya kesejajaran antara perkembangan kognitif dengan perkembangan moral dapat dilihat pada masa remaja yang mencapai tahap tertinggi dari perkembangan moral, yang kemudian ditandai dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip keadilan universal pada penilaian moralnya.
Tahap-tahap perkembangan moral menurut John Dewey, yaitu :
(1) Tahap pramoral, ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.
(2) Tahap konvensional, ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada kekuasaan.
(3) Tahap otonom, ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas.
 
Adapun tahap-tahap perkembangan moral yang sangat terkenal adalah yang dikemukakan oleh Lawrence E Kohlberg. Tahap-tahap berkembangan moral tersebut, yaitu :
(1) Tingkat Prakonvensional yaitu tahap perkembangan moral yang aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral masih ditafsirkan oleh individu atau anak berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya, baik itu berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan. Pada tingkat ini terdapat dua tahap, yaitu tahap orientasi hukuman dan kepatuhan serta orientasi relativitas instrumental.
(2) Tingkat Konvensional ialah tahap perkembangan moral yang aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga, kelompok atau masyarakat. Pada tingkat ini terdapat juga dua tahap, yaitu tahap orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut “orientasi anak manis” serta tahap orientasi hukum atau ketertiban.
(3) Tingkat Pascakonvensional adalah tahap perkembangan moral yang aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, hal ini terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegangan pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut. Pada tingkatan ini terdapat dua tahap, yaitu tahap orientasi kontrak sosial legalitas dan tahap orientasi prinsip etika universal.
 

Sumber :

– Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010. Judul : Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Dididik). Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta.

Pengertian Psikologi Klinis

Pengertian Psikologi Klinis 

Pengertian Psikologi Klinis Menurut J.H.Resinck adalah bidang dalam psikologi yang meliputi riset, pelayanan dan pengajaran yang relevan dengan prinsip-prinsip, metode-metode dan prosedur aplikasi untuk memahami, meduga dan mengurangi maladjustmen, ketidaknyamanan dan ketidakmampuan, diterapkan pada populasi klien untuk rentang yang luas.
 
Menurut Witmer, Pengertian Psikologi Klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan pedagosis.
 
Corsini mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Klinis merupakan cabang psikologi yang bersifat spesialis dalam studi, prevensi, diagnosis dan penanganan gangguan-gangguan perilaku dan gangguan mental dan tekanan-tekanan mental yang negatif.
 
Pengertian Psikologi Klinis Menurut American Psychological Association Clinical Section adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristik individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis dan pemberian saran serta rekomendasi agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut.
 
Dari pengertian psikologi klinis yang diungkapkan para pakar diatas, dapat disimpuLkan bahwa Pengertian Psikologi Klinis adalah cabang dari psikologi yang bersifat spesifik, dimana bertujuan untuk memahami periliaku individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis serta pemberian saran dan rekomendasi agar individu mampu melakukan penyesuaian.
 
Ada beberapa ciri atau sifat yang terdapat pada Psikologi Klinis, yaitu :
1. Memiliki orientasi ilmiah-profesional. Yang dimaksudkan dalam hal ini ialah adanya ciri berupa penggunaan kaidah psikologi dan metode ilmu, dalam pemberian bantuan terhadap individu yang menderita masalah-masalah psikologis melalui intervensi dan evaluasi psikologis.
2. Menampilkan kompetensi psikolog, sebab psikolog klinis terlatih di dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja profesionalnya.
3. Menampilkan kompetensi klinikus, karena berusaha mengerti orang lain dalam kompleksitas alamiah dan transformasi adaptif secara berkelanjutan.
4. Ilmiah, karena penggunaan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas untuk setiap individu yang ditanganinya.
5. Profesional, karena dalam hal ini lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, komunitas dan kelompok sosial untuk memecahkan masalah psikososial dan meningkatkan kualitas hidup.
 
 
 

Sumber : 

– Sutardjo A. Wiramihardja, 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Yang menerbitkan PT Refika Aditama : Bandung.

 

Pengertian Psikologi Hukum

Pengertian Psikologi Hukum 

Pengertian Psikologi Hukum menurut Soejono Soekanto adalah ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan atau sikap yang antara lain mencakup beberapa cabang metode studi, yang berusaha mempelajari hukum secara lebih mendalam dari berbagai sudut pandang, yaitu sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.
 
Menurut Drever J.A., Pengertian Psikologi Hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia.
 
Dalam ilmu hukum karya Satjipto Rahardjo dijelaskan bahwa salah satu segi yang menonjol pada hukum ialah penggunaannya secara sadar sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian sadar ataupun tidak, hukum telah memasuki bidang yang menggarap tingkah laku manusia. Hukum pidana disadari atau tidak merupakan bidang hukum yang sering berurusan dengan psikologi ini. Dengan pidana, kejahatan diharapkan dapat dicegah dan ini merupakan salah satu contoh yang jelas mengenai hubungan antara hukum dan psikologi.
 
Leon Petrazycki, seorang ahli filsafat hukum menggarap unsur psikologis dalam hukum dengan menempatkannya sebagai unsur utama. Beliau berpendapat bahwa fenomena hukum terdiri atas proses-proses psikis yang unik, proses ini dapat dilihat dengan menggunakan metode instropeksi Bodenheimer. Apabila kita mempersoalkan hak-hak kita serta hak-hak orang lain dan melakukan perbuatan sesuai dengan itu, semua itu bukan karena hak-hak itu tercantum dalam peraturan, melainkan semata-mata karena keyakinan kita bahwa kita harus berbuat seperti itu. Oleh sebab itu, ia membuat pengalaman imperatif-atributif yang memengaruhi tingkah laku mereka yang mereka yang merasa terikat olehnya.

Psikologi Hukum menyoroti hukum sebagai salah satu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia. Cabang ilmu pengetahuan ini mempelajari perikelakuan atau sikap tindak hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala kejiwaan tertentu dan juga landasan kejiwaan dari perikelakuan atau sikap tindak tersebut.
 
Soejono Soekanto mengatakan bahwa hasil penelitian tentang hubungan antara hukum dan sektor kejiwaan, tersebar dalam publikasi hasil-hasil penelitian berbagai ilmu pengetahuan. Pada umumnya, hasil-hasil penelitian tersebut menyoroti hubungan timbal balik antara faktor-faktor tertentu dari hukum dan beberapa aspek khusus dari kepribadian manusia. Masalah yang ditinjau berkisar pada soal-soal berikut :
1. dasar-dasar pada kejiwaan dan fungsi pelanggaran terhadap kaidah hukum;
2. dasar-dasar pada kejiwaan dan fungsi dari pola-pola penyelesaian terhadap pelanggaran kaidah hukum;
3. akibat pola penyelesaian sengketa tertentu.
 
Pokok-pokok dari ruang lingkup Psikologi Hukum, sebagai berikut :
1. segi psikologi tentang terbentuknya suatu norma atau kaidah hukum;
2. kepatuhan atau ketaatan pada kaidah hukum;
3. perilaku menyimpang;
4. psikologi dalam pengawasan perilaku dan hukum pidana;
5. rangkuman.
 
Dari ruang lingkup psikologi tersebut, tampak bahwa butir-butir itu merupakan tanda dari suatu perkembangan dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan hukum, sekaligus menunjukkan perkembangan di lapangan studi psikologi. 


Sumber :

– Hendra Akhdhiat, 2011. Psikologi Hukum. Yang Menerbitkan CV Pustaka Setia : Bandung.

 

Pengertian Psikologi

Pengertian Psikologi

Pengertian Psikologi menurut Wundt adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). 

Menurut Woodworth dan Marquis, Pengertian Psikologi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas dari individu, baik aktivitas kognitif, motorik, maupun emosional.

Branca mengemukakan bahwa Pengertian Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku dan dalam hal ini menyangkut perilaku manusia.

Pengertian Psikologi menurut Drever yaitu bidang metode atau pendekatan tertentu dalam mempelajari kondisi kejiwaan seseorang dalam melakukan aktivitasnya.
Dari pengertian psikologi menurut para pakar diatas, kemudian dapat disimpuLkan bahwa :
Pengertian Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kondisi kejiwaan (kesadaran) manusia dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosionalnya.
 
Seperti yang dikemukakan di atas mengenai pengertian psikologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang jiwa itu sendiri tidak nampak, maka yang dapat dilihat atau diobsevasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan kehidupan jiwa. Oleh karena itu Psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti serta mempelajari tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas dan perilaku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku dalam hal ini yaitu meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak menampak (innert behavior).
 


Sumber :

– Prof. Dr. Bimo Walgito, 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yang Menerbitkan CV Andi Offset : Yogyakarta.

 

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Pendapat Jones, Pengertian Bimbingan adalah bantuan yang diberikan untuk mencerdaskan individu dan untuk melakukan penyesuaian dalam hidup mereka. Kemampuan ini bukan merupakan bawaan dari lahir, akan tetapi harus diajarkan dan dikembangkan.
Tujuan Bimbingan yaitu untuk mengembangkan setiap individu agar sampai pada batas kapasitasnya, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri dan membuat penyesuaian sendiri.
 
Menurut Crisholm, Pengertian Bimbingan adalah upaya masing-masing individu untuk menjadi akrab dengan berbagai informasi mengenai dirinya, kemampuannya, pengembangan sebelumnya di berbagai bidang kehidupan, rencana dan ambisi untuk masa depan. Bimbingan merupakan usaha untuk membantu seseorang berkenalan dengan berbagai masalah sosial, kejuruan dan rekreasi dengan orang yang hadapi. Atas dasar dua jenis informasi dan bantuan dari konselor, setiap murid dibantu untuk menghadapi masalah dan membuat rencana untuk solusi mereka.
 
Menurut Pendapat Crow, Pengertian Bimbingan ialah bantuan yang disediakan oleh konselor yang kompeten untuk individu dari apapun untuk membantu dia mengarahkan hidupnya sendiri dan mengembangkan keputusan sendiri.
 
Dari pengertian bimbingan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Bimbingan adalah pemberian pertolongan atau bantuan. Bantuan atau pertolongan tersebut merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Meskipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat dikatakan sebagai bimbingan. Orang yang memberikan pertolongan kepada anak yang tidak semangat agar bangkit, namun hal ini bukan merupakan bimbingan. Pertolongan yang merupakan bimbingan adalah pertolongan yang mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi.
 
Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa memandang umur, sehingga anak-anak atau orang dewasa dapat menjadi objek bimbingan. Bidang gerak bimbingan tidak hanya terbatas pada anak-anak atau para remaja, tetapi dapat juga mencakup orang dewasa.
 
Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya. Bimbingan dapat diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan tersebut tidak terjadi dalam diri seseorang, tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah terjadi pada diri seseorang. Bimbingan lebih bersifat pencegahan daripada penyembuhan. Tujuan bimbingan yang sebenarnya dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.
Pengertian Bimbingan secara umum adalah suatu bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, sehingga individu atau sekumpulan individu dapar mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
 
 
| Konseling |
 
Menurut Pendapat Wren, Pengertian Konseling adalah hubungan pribadi dan dinamis antara dua orang untuk memecahkan masalah dengan mempertimbangkan pendapat satu sama lainnya. Wren menjelaskan bahwa dalam proses konselig terlihat adanya suatu masalah yang dialami oleh klien, yaitu orang yang mempunyai masalah dalam proses konseling. Klien perlu mendapatkan cara untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan keadaan dari klien.
 
Proses konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara konselor dan klien, meskipun dalam perkembangannya ada konseling kelompok. Pemecahan masalah di dalam proses konseling itu dijalankan dengan wawancara atau diskusi antara klien dengan konselor dan wawancara itu dijalankan secara tatap muka.
 
Dari uraian penjelasan mengenai konseling di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Pengertian Konseling adalah bantuan yang berikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Perlu diingat bahwa individu pada akhirnya dapat memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Klien dalam hal ini tetap dalam keadaan aktif memupuk kesanggupannya di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya. Dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa konseling lebih bersifat kuratif atau korektif.
 
 
 

Sumber :

– Bimo Walgito, 2010. Bimbingan dan Konseling : Studi & Karier. Penerbit CV Andi Offset Yogyakarta.

 

Selasa, 26 Juli 2016

Pengertian Wawancara dan Jenis Jenis Wawancara

Pengertian Wawancara dan Jenis Jenis Wawancara

Pengertian Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan mengingat dan merekonstruksi sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan opini narasumber.
 
Wawancara yang baik menurut Mike Francher yaitu wartawan memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan, bukan memikirkan apa yang mau dikatakan.
 
Wawancara merupakan salah satu dari empat teknik dalam mengumpulkan informasi. Tiga lainnya yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung, pencarian melalui catatan publik dan partisipasi dalam peristiwa.
 
Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, namun pada abad ke 20 menjadi puncak pencapaian karya jurnalistik yang hebat dihasilkan melalui wawancara. Abad ke 20 dikatakan sebagai era wawancara jurnalistik dan teknik wawancara itu berlanjut sampai sekarang abad ke 21.
 
Wawancara merupakan kemampuan dan keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh setiap wartawan. Hampir tidak ada satu pun jenis pekerjaan wartawan yang dilakukan tanpa mewawancarai seseorang untuk dimintai jasa atau bantuannya melengkapi informasi untuk dipakai sebagai bahan tulisannya. Wawancara merupakan tulang punggung pekerjaan wartawan.
 
Jurnalistik modern mengenal tiga bentuk berita yang dihasilkan dari tiga macam wawancara, yaitu :
1. Wawancara berita adalah sebuah bentuk wawancara untuk memberitakan keterangan ahli mengenai suatu masalah yang sedang hangat.
2. Wawancara profil pribadi yaitu memberikan kesempatan kepada sosok yang diwawancarai untuk mengungkapkan kepribadiannya melalui kata-katanya sendiri.
3. Wawancara kelompok adalah pandangan atau sikap sejumlah responden yang kadang-kadang besar jumlahnya, diangkat menjadi berita.

| Jenis Jenis Wawancara |

Jenis jenis wawancara ada tiga, yaitu :
1. Wawancara Secara Tatap muka
Wawancara secara tatap muka adalah suatu bentuk wawancara yang dilakukan secara berhadap-hadapan yang sangat banyak memberikan kemungkinan penggalian informasi lebih dalam dan luas karena sebelumnya dilakukan perjanjian lebih dulu dengan narasumber, topik atau fokusnya sudah dirancang lebih dulu dan dalam hal kesempatannya juga lebih khusus, baik tempat maupun waktu yang disediakan.
 
2. Wawancara Melalui Telepon
Wawancara melalui telepon biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi dan mengejar deadline. Wawancara melalui telepon ini percakapannya juga singkat dan umumnya narasumber seringkali menolak untuk menjelaskan setiap pertanyaan secara panjang lebar, kecuali narasumber sudah akrab dan biasa menjadi narasumber si pewawancara. Dibandingkan dengan wawancara tatap muka, wawancara melalui telepon lebih terbatas, padahal dari mimik bicara kita bisa membaca bahasa tubuh seseorang mengenai kebenaran yang diucapkannya.
 
3. Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok merupakan percakapan yang dilakukan dengan lebih dari satu orang narasumber dalam satu kesempatan. Kesempatan seperti ini biasanya muncul ketika terjadi suatu peristiwa bencana alam atau kriminalitas. Tetapi, bisa juga terjadi untuk keperluan menulis sebuah feature keluarga yang berhasil.
 
 
 

Sumber :

– Kustadi Suhandang, 2004. Judul : Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik. Penerbit Nuansa : Bandung.

 

Pengertian Wawancara dan Jenis Jenis Wawancara

Pengertian Wawancara dan Jenis Jenis Wawancara

Pengertian Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan mengingat dan merekonstruksi sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan opini narasumber.
 
Wawancara yang baik menurut Mike Francher yaitu wartawan memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan, bukan memikirkan apa yang mau dikatakan.
 
Wawancara merupakan salah satu dari empat teknik dalam mengumpulkan informasi. Tiga lainnya yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung, pencarian melalui catatan publik dan partisipasi dalam peristiwa.
 
Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, namun pada abad ke 20 menjadi puncak pencapaian karya jurnalistik yang hebat dihasilkan melalui wawancara. Abad ke 20 dikatakan sebagai era wawancara jurnalistik dan teknik wawancara itu berlanjut sampai sekarang abad ke 21.
 
Wawancara merupakan kemampuan dan keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh setiap wartawan. Hampir tidak ada satu pun jenis pekerjaan wartawan yang dilakukan tanpa mewawancarai seseorang untuk dimintai jasa atau bantuannya melengkapi informasi untuk dipakai sebagai bahan tulisannya. Wawancara merupakan tulang punggung pekerjaan wartawan.
 
Jurnalistik modern mengenal tiga bentuk berita yang dihasilkan dari tiga macam wawancara, yaitu :
1. Wawancara berita adalah sebuah bentuk wawancara untuk memberitakan keterangan ahli mengenai suatu masalah yang sedang hangat.
2. Wawancara profil pribadi yaitu memberikan kesempatan kepada sosok yang diwawancarai untuk mengungkapkan kepribadiannya melalui kata-katanya sendiri.
3. Wawancara kelompok adalah pandangan atau sikap sejumlah responden yang kadang-kadang besar jumlahnya, diangkat menjadi berita.

| Jenis Jenis Wawancara |

Jenis jenis wawancara ada tiga, yaitu :
1. Wawancara Secara Tatap muka
Wawancara secara tatap muka adalah suatu bentuk wawancara yang dilakukan secara berhadap-hadapan yang sangat banyak memberikan kemungkinan penggalian informasi lebih dalam dan luas karena sebelumnya dilakukan perjanjian lebih dulu dengan narasumber, topik atau fokusnya sudah dirancang lebih dulu dan dalam hal kesempatannya juga lebih khusus, baik tempat maupun waktu yang disediakan.
 
2. Wawancara Melalui Telepon
Wawancara melalui telepon biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi dan mengejar deadline. Wawancara melalui telepon ini percakapannya juga singkat dan umumnya narasumber seringkali menolak untuk menjelaskan setiap pertanyaan secara panjang lebar, kecuali narasumber sudah akrab dan biasa menjadi narasumber si pewawancara. Dibandingkan dengan wawancara tatap muka, wawancara melalui telepon lebih terbatas, padahal dari mimik bicara kita bisa membaca bahasa tubuh seseorang mengenai kebenaran yang diucapkannya.
 
3. Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok merupakan percakapan yang dilakukan dengan lebih dari satu orang narasumber dalam satu kesempatan. Kesempatan seperti ini biasanya muncul ketika terjadi suatu peristiwa bencana alam atau kriminalitas. Tetapi, bisa juga terjadi untuk keperluan menulis sebuah feature keluarga yang berhasil.
 
 
 

Sumber :

– Kustadi Suhandang, 2004. Judul : Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik. Penerbit Nuansa : Bandung.