Minggu, 24 Juli 2016

Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Menurut Imam Ghozali adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran.
 
Menurut Ibnu Maskawaih, Pengertian Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak bergantung pada pikiran.
 
Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq mengungkapkan bahwa Pengertian Akhlak yaitu membiasakan kehendak.
 
Secara Etimologi, Pengertian Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang mempunyai arti budi pekerti. Persamaan atau nama lain akhlak ini biasa disebut dengan etika atau kebiasaan.
 
Dari pengertian akhlak diatas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa disadari.
 
 
Akhlak mempunyai dua pencerminan yang tampak dan lahir pada diri seseorang, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Seseorang berakhlak jelek, apabila setiap harinya kebiasaan yang ditunjukkan dari dirinya adalah perbuatan  jelek dan jahat. Perbuatan dan sikap buruk itu sudah makanan dan perhiasaan sehari-harinya. Sebaliknya seseorang dikatakan berakhlak mulia, apabila setiap harinya  melakukan perbuatan kebaikan dan kemuliaan. Kebaikan dan kemuliaan itulah yang menjadi pakaian dan hiasan hidup sehari-harinya.
 
Lebih jauh lagi dikatakan bahwa akhlak itu adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang darinya akan lahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa adanya proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Apabila keadaan ini melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum islam), disebut sebagai akhlak yang baik. Namun jIka perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik (kejelekan dan keburukan), maka dinamakan akhlak yang buruk.
 
Karena Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang, maka suatu perbuatan itu baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat agar dapat disebut sebagai akhlak :
1. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan itu hanya dilakukan sekali saja, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
2. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu, sehingga benar-benar adalah suatu kebiasaan. Namun jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau karena ada motif dari orang lain atau karena setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
 
Rasulullah Muhammad SAW mempunyai akhlak yang mulia, karena sikap dan perilaku beliau adalah kebaikan dan kemuliaan. Kebaikan dan kemuliaan itu sudah menjadi kebiasaan dalam perjalanan hidup sehari-harinya. Akhlak Rasulullah itu biasa disebut dengan akhlak islam, karena akhlak ini bersumber dari Alquran dan Alquran datangnya dari Allah SWT; maka akhlak islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan akhlak Wad’iyah (ciptaan manusia).
 
Ciri-ciri Akhlak Islam itu ialah :
1. Kebaikannya itu bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam merupakan akhlak yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu dan tempat apapun.
2. Kebaikannya itu bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.
3. Tetap dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh waktu dan tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.
4. Kewajiban tersebut harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya.
5. Pengawasan yang menyeluruh. Karena akhlak islam bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat, bagi yang melanggar akhlak ini kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatannya yang salah lagi. Hal tersebut terjadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas yang lainnya adalah hati nurani yang hidup didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk.
 
 

Sumber :

– Maftuh Ahnan, 2005. Keagungan Akhlak Rosululloh SAW (Cermin Budi Pekerti Al-Qur’an). Yang Menerbitkan Terbit Terang : Surabaya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar