Selasa, 26 Juli 2016

Pengertian Autisme dan Pembahasannya

Pengertian Autisme dan Pembahasannya

 

Menurut Kanner, Pengertian Autisme adalah ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahanan keteraturan di dalam lingkungannnya.
 
Pengertian Autisme menurut istilah ilmiah kedokteran dan psikiatri serta psikologi termasuk dalam gangguan perkembangan pervasif. Secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan berbahasa, seperti perhatian, daya nilai terhadap realitas, persepsi dan gerakan-gerakan motorik.
 
Menurut hasil penelitian Dawson dan Castelloe, tingkat prevalensi dari autisme ini diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak yang mengalami gangguan autisme. Beberapa penelitian mengenai autisme, memperkirakan 10 sampai 11 dari 10000 anak mengalami gangguan autisme.
 
Autisme pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Istilah autisme sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Muncul juga banyak keprihatinan atas masalah autisme ini dan akhir-akhir ini kasus asutisme menunjukkan peningkatan presentasenya di Indonesia. Autisme merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanak-kanak.
 
Autisme dikategorikan sebagai ganggunan perkembangan pervasif disebabkan karena banyak segi perkembangan psikologi dasar anak yang terganggu pada saat yang sama secara berat. Gangguan-gangguan ini berbeda dengan gangguan perkembangan spesifik dalam dua hal, sebagai berikut :
(1) Yang pertama yaitu pada gangguan perkembangan spesifik hanya satu fungsi spesifik saja yang terkena, sedangkan dalam gangguan perkembangan pervasif beberapa fungsi psikologi dasar anak terganggu.
(2) Yang kedua yaitu pada gangguan perkembangan spesifik, anak berlaku seolah-olah sedang melewati suatu tahap perkembangan normal yang lebih dini, karena gangguan autisme adalah terlambatnya perkembangannya, sedangkan anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif menunjukkan gangguan kualitatif berat yang tidak normal bagi setiap tahap perkembangan manapun, karena gangguannya berupa distorsi atau penyimpangan dalam perkembangan.
 
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik anak. Oleh karena itu bisa juga dikatakan sebagai gangguan neurobiologis yang disertai dengan beberapa masalah, seperti gangguan pencernaan, autoimunitasdysbiosis pada usus, gangguang integrasi sensorik dan ketidakseimbangan susunan asam amino. Beberapa penyebab autisme yang diketahui, antara lain karena keracunan logam berat ketika anak dalam kandungan, seperti merkuri, kadmium, timbal, spasma infantil, rubella kongenital, sklerosis tuberosa, lipidosis serebral dan anomali komosom X rapuh. Hal ini merupakan beberapa kondisi yang menjadi penyebab autisme yang dialami oleh anak.
 
Selain itu, pada anak yang menderita autisme juga ditemukan adanya masalah neurologis dengan cerebellumcerebral cortex, otak kecil, otak tengah, batang otak, pons, hipotalamus, hipofisis, medula dan saraf-saraf panca indera seperti saraf penglihatan atau saraf pendengaran. Gejala  umum yang bisa diamti dari anak dengan gangguan autisme, antara lain gangguan pola tidur, gangguan fungsi kognisi, tidak adanya kontak mata, gangguan pencernaan, komunikasi satu arah, afasia, menstimulasi diri, mengamuk (temper tantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, acuh, menyakiti diri sendiri dan gangguan motorik yang steriotipik.
 

Sumber : 

– Triantoro Safaria, 2005. Autisme : Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar