Minggu, 24 Juli 2016

Terbentuknya Bumi

Terbentuknya Bumi 

Bagaimana dan kapan bumi ini terbentuk, tidak ada yang mengetahui secara pasti. Kalaupun ada yang memperkirakan secara ilmiah bagaimana dan kapan terjadinya bumi dan alam semesta ini, hal itu berdasarkan pengamatan yang empiris atas kelahiran suatu bintang yang pada saat ini bisa dilakukan dengan teleskop Hubble, suatu teleskop ruang angkasa yang diluncurkan menjelang berakhirnya abad ke 20 yang lalu.
 
Teori Kant
Teori kant adalah teori yang pertama kali muncul untuk membahas bagaimana bumi terbentuk dan terbentuknya planet-planet dalam tata surya. Pada pertengahan abad ke 18 atau tepatnya pada tahun 1755, seorang filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant mengemukakan teorinya mengenai bagaimana bumi terbentuk. Menurut Kant, tata surya yang terdiri atas matahari, bumi, bulan dan planet, serta asteroid pada mulanya berbentuk nebula atau kumpulan bintang yang menyerupai awan atau gas dengan massa yang berat. Melalui prose pendinginan, akhirnya nebula tersebut menjadi bumi, bulan, matahari dan planet-planet lainnya.
 
 
Teori Laplace
Pada tahun 1796 seorang ahli matematika dan astronomi Perancis bernama Pierre Simon Marquis de Laplace, menyanggah teori buffon. Menurut Laplace bumi terbentuk dari gugusan gas panas yang berputar pada sumbunya. Saat berputar dengan sangat cepat tersebut, kemudian terbentuk cincin-cincin. Sebagian cincin gas terlempar dan tetap terus berputar.
Cincin gas yang berputar pada akhirnya mengalami pendinginan, sehingga terbentuk gumpalan-gumpalan bola yang kemudian menjadi bumi dan planet-planet lainnya. Pusat cincin masih tetap panas dan ini yang kemudian menjadi matahari.
 
Teori Hipotesis Planetesimal
Pada awal abad ke 20 para ilmuwan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, mulai tertarik membuat hipotesis baru mengenai teori terbentuknya bumi. Forest Ray Moulton seorang ahli astronomi, bersama rekannya T.C. Chamberlain seorang ahli geologi mengemukakan teori yang mereka namakan planetesimal hypothesis.
 
Menurut Moulton dan Chamberlain, matahari terdiri dari massa gas yang sangat besar pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang (matahari) lain yang melintas dengan kecepatan tinggi. Pada waktu bintang tadi melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat maka sebagian massa gas matahari tertarik keluar akibat gaya tarik atau gravitasi dari bintang yang melintas tersebut.
Sebagian massa gas yang tertarik keluar dari matahari berada pada lintasan bintang dan sebagian lagi berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan kemudian terbentuklah cairan yang semakin lama memadat dan selanjutnya disebut planetesimal. Beberapa planetesimal yang terbentuk kemudian akan tarik-menarik bergabung menjadi satu yang pada akhirnya menjadi bumi dan planet lainnya.
 
Teori Tidal
Dua orang ilmuwan dari Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918 mengemukakan teori terbentuknya bumi yang mereka namakan teori tidal. Teori tidal sedikit banyak diilhami oleh peristiwa pasang naik air laut ketika bulan tampak jelas atau bulan purnama dari bumi. Dengan demikian, teori tidal mengemukakan peristiwa pasang naik massa gas matahari karena bintang melintas di dekat matahari kita. Peristiwa bintang melintas di dekat matahari ini mirip dengan teori Moulton dan Chamberlain.
Menurut Jeans dan Jeffreys, pada saat bintang melintas di dekat matahari, sebagian dari massa matahari tertarik keluar sehingga membentuk semacam cerutu. Bagian yang membentuk cerutu ini, setelah mengalami pendinginan, merupakan cikal bakal planet-planet yang mengelilingi matahari, mulai dari planet yang paling dekat dengan matahari sampai planet yang terjauh dari matahari.
 
Teori Big Bang
Teori Big Bang lebih dikenal sebagai teori dentuman besar yang dikemukakan pada tahun 1948 oleh dua orang ilmuwan yang bernama Gamow dan Alpher. Kedua orang ilmuwan tersebut mengatakan bahwa bumi dan alam semesta ini terbentuk dari suatu ledakan yang sangat dahsyat. Ledakan dahsyat tersebut berasal dari partikel yang pecah dengan energi yang sangat besar. Ledakan dahsyat tersebut kemungkinan besar berasal dari ledakan thermo nuklir alami yang belum diketahui asal mulanya. Diperkirakan ledakan tersebut masih terasa sampai sekarang.
 
Gamow dan Alpher mengatakan bahwa secara teoritis dentuman atau ledakan besar yang berasal dari ledakan thermo nuklir yang menghasilkan energi (panas) sangat tinggi akan menyebabkan ekspansi materi. Ekspansi materi tersebut berupa benda-benda langit (bintang, planet dan sebangsa asteroid) maka benda-benda langit tersebut akan bergerak semakin menjauh. Hal ini juga menjadi hipotesis ahli astronomi abad ke 20, Edwin Hubble, bahwa langit terus berkembang. Hipotesis bahwa langit terus berkembang, kemudian ditambah hasil pengamatan Edwin Hubble di Observatorium Mount Wilson, kemudian menjadi teori langit berekspansi. Dari hasil pengamatan melalui teleskop ruang angkasa, ternyata bintang-bintang bergerak menjauh dari koordinat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa langit memang berkembang.
 
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, apakah pembentukan bumi dan alam semesta berdasarkan Teori Big Bang tersebut sudah dapat dianggap benar ?. Memang belum dapat dipastikan karena para ilmuwan astronomi dan astrofisika masih menunggu kelahiran bintang baru untuk kemudian mencari kesamaan secara empiris terbentuknya bumi dan kelahiran atau terbentuknya bintang baru.
 
Semua teori terbentuknya bumi dan planet-planet dalam tata surya yang dimulai sejak pertengahan abad ke 18 sampai akhir abad ke 20 belum ada yang benar-benar memuaskan. Masing-masing teori dan hipotesis masih memiliki kekurangan dan masih banyak memerlukan penyempurnaan.
 

Sumber :

– Wisny Arya Wardhana, 2010. Dampak Pemanasan Global. Penerbit Andi Offset : Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar